Judul diatas
mungkin bisa sebagai sebuah dasar untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup
Bangsa Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA”. Caranya
adalah dengan memberikan pendidikan bagi generasi muda Indonesia mulai dari
tingkat awal sampai setinggi mingkin, karena ada pepatah, carilah ilmu sampai
ke Negeri Cina. Pepatah itu bias dijadikan sebuah semangat agar para siswa
bersemangat dalam belajar daln juga guru semangat dalam mengajar. Oke, kita
langsung saja ke sub tema dari pembahasan ini :
1.
Pendidikan Anak Usia Dini – Satu desa
satu PAUD, bagaimana sebaiknya ?
PAUD, merupakan pendidikan bagi anak yang
masih berusia dini. PAUD adalah pendidikan non formal anak sebelum anak masuk
taman kanak-kanak. Tenaga pengajar PAUD
hanyalah tenaga relawan dan PAUD bagi beberapa orang hanya sebagai pelengkap
saja dan itu bukan merupakan program wajib pemerintah. Mungkin PAUD ini bagi
beberapa orang bagi mereka yang mempunyai uang lebih, karena pemerintah tidak
memiliki anggaran khusus untuk program ini. Namun, sisi positif PAUD adalah
anak-anak dapat lebih aktif dalam mengenal lingkungan dan merupakan tempat yang
baik untuk anak-anak sebelum mereka memasuki masa-masa pendidikan formal. Jadi,
menurut kesimpulan saya berdasarkan dilihat dari sisi positifnya, sebaiknya
pemerintah juga memberikan anggaran khusus untuk PAUD, namun, karena sifatnya
non-formal, keberadaannya mungkin bias dikurangi, misalnya satu desa hanya ada
satu PAUD dan tenaga pengajarnya dipilihkan dari pemerintah, bukan dari tenaga
relawan. Ini merupakan sebuah langkah awal dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.
Pendidikan Menengah
Universal dan Pendidikan Tinggi, Kurikulum 2013
PMU adalah program pendidikan
yang memberikan layanan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Indonesia
untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu. “PMU merupakan rintisan wajib
belajar 12 tahun,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad
Nuh. Jadi, PMU itu merupakan program yang sebaiknya didukung oleh seluruh warga
Negara karen sifatnya yang universal. Namun, kendalanya adalah biaya, mungkin
pemerintah bias menggratiskan program ini agar program ini dapat dilaksanakan
oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Sedangkan pendidikan tinggi
itu adalah pendidikan setalh pendidikan menengah atau bisa dikatakan pendidikan
kuliah. Pendidikan bangku kuliah mungkin memiliki kendala di sector biaya, bias
dicontohkan, orang tersebut mampu dari segi ilmu, namun kurang mampu dalam segi
biaya, lalu orang tersebut memilih untuk tidak melanjutkan studinya ke
pendidikan tinggi ditambah lagi, program wajib belajar pemerintah hanya 12
tahun, sedangkan kalau pendidikan tinggi itu sudah lebih dari 12 tahun, lalu
bagaimana sebaiknya ? Ya benar, mungkin pemerintah sudah menyikapinya dengan
program bidikmisi bagi siswa yang mampu dari ilmu, namun kurang mampu dalam hal
biaya. Masalah soal biaya teratasi, namun masalahnya, apakah tepat ? pemerintah
harus bekerja keras, agar program ini tepat sasaran, PR pemerintah untuk
menyukseskan program ini.
Selanjutnya mengenai
kurikulum 2013, kurikulum ini menggunakan metode CBSA ( Cara Belajar Siswa
Aktif). "Ibarat pertandingan sepak bola, mereka yang menolak kurikulum
baru itu penonton, sedangkan pemain dan wasit dapat menerimanya," kata menteri
pendidikan dalam sebuah pertemuan dengan guru PGRI se-Jatim. Dalam hal ini,
guru harus dapat menjadikan siswa itu bersikap kritis mengenai suatu hal.
Akibat kurikulum ini, mungkin beberapa guru masih belum dapat prifesional untuk
mengetahui bagaimana caranya untuk membangun sikap tersebut dalam diri setiap
siswa, oleh karena itu, pemerinta sebaiknya memberikan pelatihan khusus bagi
para guru agar dapat memberikan siswa kritis terhadap setiap siswa untuk
menghadapi kurikulum 2013 ini.
3.
Pendirian
Akademi Komunitas dan PTN Baru, Bidikmisi, BSM, BOS, BOS-SM, Afirmasi
Pendidikan Tinggi (ADik) dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).
Peminat siswa menengah untuk
melanjutkan studi ke PTN atau Akademi Komunitas semakin meningkat, namun, keberadaan
PTN serta Akademi hanya beberapa saja, tidak pas dengan peminat, mungkin
pemerintah dapat menyikapinya dengan membuka PTN dan Akademi Komunitas di
berbagai tempat, daripada dibuat mall, lebih baik digunakan untuk menunjang
pendidikan di Indonesia bukan ? Bukan hanya pemerintah saja yang harus turun
tangan untuk mendirikan PTN dan Akademi ini, namun juga seluruh warga Negara.
Jika pemerintah ingin membangunnya di Jawa, maka bias dipastikan, akan mendapat
tolakan dari warga disekitarnya, karena lahan di Jawa sudah berkurang, para
warga sebaiknya dapat menyikapinya dengan bertransmigrasi ke pulau luar jawa
agar di Jawa da[at dibangun PTn dan Akademi baru. Namun, pemerintah juga jangan
hanya membangun di Jawa saja, luar Jawa harusnya mendapat PTN dan Akademi yang
lebih banyak, agar mereka pendidikannya tidak tertinggal dari Jawa.
Bidikmisi, BSM, BOS, BOS-SM, merupakan
serangkaian program bantuan pemrintah bagi siswa tidak mampu agar dapat
melanjutkan setudinya dan tidak putus sekolah. Oleh keberadaan bantuan dari
pemerintah tersebut, para siswa sebaiknya tidak boleh menyepelekannya dengan
hanya bermalas-malasan dalam belajar. Justru, dengan adanya program tersebut,
para siswa diharapkan mampu lebih semangat dalam menggapai cita-citanya dan
dapat membanggakan bangsanya.
Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dan
Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yaitu, seleksi
melalui mekanisme pendaftaran sekolah dan jalur SNMPTN khusus. Kedua mekanisme
seleksi tersebut melibatkan panitia SNMPTN atau SMA bagi ADEM dengan standar penilaian khusus. Memang dengan
penilaian tersebutn pemerintah dapat menjaring siswa dengan tepat sesuai
kemampuannya, jadi, sebaiknya, program tersebut tetap dijalankan di PTN, namun,
untuk pendidikan menengah, sebaiknya masih menggunakan NEM, karena mungkin,
bakat dari siswa itu belum terlihat dan mungkin masih teralalu dini jika
penilaian khusus diberlakukan untuk masuk ke jenjang pendidikan menengah.