Minggu, 20 April 2014

Mendidik Sejak Dini , Sekolah Setinggi Mungkin, Menjangkau Lebih Luas

             Judul diatas mungkin bisa sebagai sebuah dasar untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup Bangsa Indonesia  yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA”. Caranya adalah dengan memberikan pendidikan bagi generasi muda Indonesia mulai dari tingkat awal sampai setinggi mingkin, karena ada pepatah, carilah ilmu sampai ke Negeri Cina. Pepatah itu bias dijadikan sebuah semangat agar para siswa bersemangat dalam belajar daln juga guru semangat dalam mengajar. Oke, kita langsung saja ke sub tema dari pembahasan ini :
1.       Pendidikan Anak Usia Dini – Satu desa satu PAUD, bagaimana sebaiknya ?
PAUD, merupakan pendidikan bagi anak yang masih berusia dini. PAUD adalah pendidikan non formal anak sebelum anak masuk taman kanak-kanak.  Tenaga pengajar PAUD hanyalah tenaga relawan dan PAUD bagi beberapa orang hanya sebagai pelengkap saja dan itu bukan merupakan program wajib pemerintah. Mungkin PAUD ini bagi beberapa orang bagi mereka yang mempunyai uang lebih, karena pemerintah tidak memiliki anggaran khusus untuk program ini. Namun, sisi positif PAUD adalah anak-anak dapat lebih aktif dalam mengenal lingkungan dan merupakan tempat yang baik untuk anak-anak sebelum mereka memasuki masa-masa pendidikan formal. Jadi, menurut kesimpulan saya berdasarkan dilihat dari sisi positifnya, sebaiknya pemerintah juga memberikan anggaran khusus untuk PAUD, namun, karena sifatnya non-formal, keberadaannya mungkin bias dikurangi, misalnya satu desa hanya ada satu PAUD dan tenaga pengajarnya dipilihkan dari pemerintah, bukan dari tenaga relawan. Ini merupakan sebuah langkah awal dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.       Pendidikan Menengah Universal dan Pendidikan Tinggi, Kurikulum 2013
PMU adalah program pendidikan yang memberikan layanan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Indonesia untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu. “PMU merupakan rintisan wajib belajar 12 tahun,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh. Jadi, PMU itu merupakan program yang sebaiknya didukung oleh seluruh warga Negara karen sifatnya yang universal. Namun, kendalanya adalah biaya, mungkin pemerintah bias menggratiskan program ini agar program ini dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Sedangkan pendidikan tinggi itu adalah pendidikan setalh pendidikan menengah atau bisa dikatakan pendidikan kuliah. Pendidikan bangku kuliah mungkin memiliki kendala di sector biaya, bias dicontohkan, orang tersebut mampu dari segi ilmu, namun kurang mampu dalam segi biaya, lalu orang tersebut memilih untuk tidak melanjutkan studinya ke pendidikan tinggi ditambah lagi, program wajib belajar pemerintah hanya 12 tahun, sedangkan kalau pendidikan tinggi itu sudah lebih dari 12 tahun, lalu bagaimana sebaiknya ? Ya benar, mungkin pemerintah sudah menyikapinya dengan program bidikmisi bagi siswa yang mampu dari ilmu, namun kurang mampu dalam hal biaya. Masalah soal biaya teratasi, namun masalahnya, apakah tepat ? pemerintah harus bekerja keras, agar program ini tepat sasaran, PR pemerintah untuk menyukseskan program ini.
Selanjutnya mengenai kurikulum 2013, kurikulum ini menggunakan metode CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif). "Ibarat pertandingan sepak bola, mereka yang menolak kurikulum baru itu penonton, sedangkan pemain dan wasit dapat menerimanya," kata menteri pendidikan dalam sebuah pertemuan dengan guru PGRI se-Jatim. Dalam hal ini, guru harus dapat menjadikan siswa itu bersikap kritis mengenai suatu hal. Akibat kurikulum ini, mungkin beberapa guru masih belum dapat prifesional untuk mengetahui bagaimana caranya untuk membangun sikap tersebut dalam diri setiap siswa, oleh karena itu, pemerinta sebaiknya memberikan pelatihan khusus bagi para guru agar dapat memberikan siswa kritis terhadap setiap siswa untuk menghadapi kurikulum 2013 ini.
3.       Pendirian Akademi Komunitas dan PTN Baru, Bidikmisi, BSM, BOS, BOS-SM, Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).
Peminat siswa menengah untuk melanjutkan studi ke PTN atau Akademi Komunitas semakin meningkat, namun, keberadaan PTN serta Akademi hanya beberapa saja, tidak pas dengan peminat, mungkin pemerintah dapat menyikapinya dengan membuka PTN dan Akademi Komunitas di berbagai tempat, daripada dibuat mall, lebih baik digunakan untuk menunjang pendidikan di Indonesia bukan ? Bukan hanya pemerintah saja yang harus turun tangan untuk mendirikan PTN dan Akademi ini, namun juga seluruh warga Negara. Jika pemerintah ingin membangunnya di Jawa, maka bias dipastikan, akan mendapat tolakan dari warga disekitarnya, karena lahan di Jawa sudah berkurang, para warga sebaiknya dapat menyikapinya dengan bertransmigrasi ke pulau luar jawa agar di Jawa da[at dibangun PTn dan Akademi baru. Namun, pemerintah juga jangan hanya membangun di Jawa saja, luar Jawa harusnya mendapat PTN dan Akademi yang lebih banyak, agar mereka pendidikannya tidak tertinggal dari Jawa.
Bidikmisi, BSM, BOS, BOS-SM, merupakan serangkaian program bantuan pemrintah bagi siswa tidak mampu agar dapat melanjutkan setudinya dan tidak putus sekolah. Oleh keberadaan bantuan dari pemerintah tersebut, para siswa sebaiknya tidak boleh menyepelekannya dengan hanya bermalas-malasan dalam belajar. Justru, dengan adanya program tersebut, para siswa diharapkan mampu lebih semangat dalam menggapai cita-citanya dan dapat membanggakan bangsanya.
Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yaitu, seleksi melalui mekanisme pendaftaran sekolah dan jalur SNMPTN khusus. Kedua mekanisme seleksi tersebut melibatkan panitia SNMPTN atau SMA bagi ADEM  dengan standar penilaian khusus. Memang dengan penilaian tersebutn pemerintah dapat menjaring siswa dengan tepat sesuai kemampuannya, jadi, sebaiknya, program tersebut tetap dijalankan di PTN, namun, untuk pendidikan menengah, sebaiknya masih menggunakan NEM, karena mungkin, bakat dari siswa itu belum terlihat dan mungkin masih teralalu dini jika penilaian khusus diberlakukan untuk masuk ke jenjang pendidikan menengah.